ASAL MUSALNA DESA PADAREK
Desa padarek dalam cerita lamatatkala syam hidayah tullah menyebabkan agam islam didaerah updeling kersina cirebon kira-kira abad ke-18, beliau sangat banyak pengikutnya yang setia dalam rangka menyebar luaskan agama islam, menaklukan agama animesme, memberantas kemusrikan dan kemaksiatan, akibat dari itu dipelosok pedusunan, pedesaan banyak terjadi bentrokan fisik satu sama lain saling mempartahankan keyakinan dan paham masing-masing.
Di saat itu keadaan desa padarek sebagian besar tanahnya masih padang alang-alang, semak belukar. Kita ungkap para pengikut syarip hidayat tuloh sebagai pejuang penyebar agama islam, seperti eyang djugat wahana jaya karta, ibu ena, nyi rastapa,dan lain-lain. Sedang berjuang melawan musuh . Eyang djagat wahana meninggal, tertimpa batu handring yang di lepas musuh dari blok batu numpang. Batu handring itu mental pula kira-kira 300m, ke arah timur yang ada di pinggir kali Cisampara setelah bertahun-tahun batu itu di selimuti dan di tembus akar-akaran batang menjalar / istilah bahasa sunda areuy-areuyan maka di sebutlah julukan BATU KARUT. Bekas jatuh menimpa Djagat wahana jadi sebuah kolam sipatahunan sedangibu Ena, Nyi Rastapa yang memiliki selendang lekcan mempunyai kekuatan gaib meninggal di sebelah timur padarek.
Beberapa abad yang lalu sebuah peristiwa tersebut tak jauh dari batu karut dan kolam sipatahunan kurang lebih 400m ke arah utara, terdapat sebuah kampung tarikolot. Kian lama penghuninya kian bertambah, maka dusun itu dijadikan desa. Yang di pimpin oleh Demang Aslia setelah ia memerintah 11 tahun lamanya ia di ganti oleh Demang Arsaim. Keadaan ekonomi rakyat rusak atap bangunan pun masih alang-alang, sirap bamboo, sedang pakaian masih compang-camping maka sering terjadi pencurian terutama hewan besar, kerbau, sapi. Oleh karenanya kantor desa harus pindah ke blok babakan, karena sumber ekonomi masih sempit maka demang mengajak seluruh warga desa untuk membuka memperluas lahan pertanian, warga manyambut dengan gembira seraya mengucapkan PADAREK dari itulah nama desa PADAREK WALKHUALAM.
Sedikit demi sedikit lahan pertanian mewujud walaupun belum ada irigasi, seperti keadaan sekarang ini, namun telah bisa di manfaatkan dan hasilnya bisa di nikmati. Demang Arsaim memangku jabatan selama 9 tahun, ia sudah tua bangka, dan akhir tahun 1903 ia meninggal dunia. Kedemangan kini di jabat oleh Santana Wangsa, setelah ia memerintah beberapa tahun di desa itu kantor desa harus pindah lagi ke blok batu karut, yaitu yang lokasinya kini tempati. Wilayahnya meliputi : 1) Blok Desa 2) Tari Kolot 3) Cibulakan 4) Mananti 5) Pasirhanja 6) Suka Wangi 7) Cigobang meliputi Dayeuh panjang, Cipasung, Cicariang 8) Cisalak, dengan batas-batasnya. Sbb :
Utara : Desa Bantarujeg
Timur : Desa Kalapa Dua
Selatan : Desa Cibulan & Desa Lemah Putih
Barat : Desa Sada Wangi & Desa Kepuh
Desa padarek setelah negara merdeka :
Setelah negara merdeka timbulah kekacauan yang ingin mendirikan negara islam Indonesisa yaitu gerombolan D.I / TII yang dipimpin oleh S.M. Karto Suwiryo, Desa Padarek pun jadi sasaran penggarongan, pembakaran rumah, pembunuhan, penculikan, pada tanggal 11 Agustus 1959 padarek pun sebagai ibu kota di bakar hangus pemerintah desa tidak stabil, pendidikan kocar-kacir, di waktu malam tidur pundi rungkun-rungkun bamboo dsb.
Tahun 1981 desa padarek di mekarkan jadi 3 desa yaitu : 1) Desa Padarek 2) Desa Sukajadi 3) Desa Marga Jaya saat itu kades sedang di pangku oleh Radi LK.Batas-batas Desa kini berubah sebagai berikut :
Utara : Desa Sukajadi
Timur : Desa Kalapa Dua & Desa Sinar Galih
Selatan : Desa Marga Jaya
Barat : Desa Sukajadi
Meliputi 1) Blok desa 2) Tarikolot 3) Cigobang termasuk Dayeuh Panjang, Cipining Cicariang.
Susunan kepala desa lama dan setelah di mekarkan : 1) Demang Aslia 2) Demang Arsoim 3) Santana Wangsa & 4) Wangsa Atmaja 5) By. Bima 6) Lampu 7) Endo Hamola 8) Karta Winata pjs 9) Danuri 10)Al Hatob pjs 11) M. Hatob 12) M. Arkasim 13) Ojo Sujana 14) Radi L.K. 15) Dadang Haerudin pjs 16) Dadang Haerudin 17) Dadang Haerudin 18) Hapip R. K. pjs 19) Dadang Haerudin
Keterangan :
1) Luas wilayah : 436.005 Ha. Ketinggian tanah 489m dari permukaan laut, terdiri dari perbukitan, mata pencaharian penduduk, petani buruh tani, dagang, wiraswasta, dll.
2) Bekas batu bandring menimpa jadi kolam sipatahunan
3) Batu bandring kini di sebut batu karut masih wujud cerita ini di himpun dari sesepuh desa padarek lama, oleh Ginon Akroman sejak tahun 1986M.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar