Rabu, 30 Maret 2016

Mengenal Sejarah Ki Sunda Lewat Media Digital di Museum Diorama Bale Panyawangan

 


"Kudu miindung ka waktu, mibapa ka jaman" itulah konsep yang diamanatkan oleh para leluhur Sunda. Ini mengandung pengertian bahwa urang Sunda hendaknya mampu mengikuti perkembangan zaman. Di zaman kekinian, penyebaran informasi dan aspek edukasi wisata kepada masyarakat bukan hanya dilakukan oleh media konvensional. Salah satunya penyebaran informasi dan edukasi sejarah kepada generasi muda. Inilah yang disajikan museum pertama di Indonesia bernama Museum Diorama Bale Panyawangan, Purwakarta. Purwakarta memang tengah terus membenahi diri dalam bidang pariwisata. Diharapkan Purwakarta bisa menjadi kiblat destinasi baru wisata di Jawa Barat.

Museum yang terletak di Jalan Singawinata, Purwakarta diresmikan pada 21 Februari 2015 ini menjadi sarana penuh edukasi yang sangat baik untuk para wisatawan. Museum memajang tokoh-tokoh wayang golek, sejarah Kabupaten Purwakarta, dan juga ada ruangan khusus untuk pemutaran video teater. Museum Diorama Bale Panyawangan, merekam sejarah perlawanan terhadap penjajahan. Museum ini juga menggambarkan bagaimana para tokoh bangsa memerdekakan Indonesia.

Adapun pemilihan bale (balai) diambil, karena menggambarkan budaya lokal Indonesia. Masyarakat biasanya menggunakan bale sebagai tempat untuk bermusyawarah atau mendiskusikan persoalan yang ada di sekitarnya.

Inilah Isi Museum Diorama Bale Panyawangan
Ketika pengunjung masuk area lobi Bale Panyawangan, kita akan melihat nuansa nilai-nilai Siliwangi yang memang merupakan azas pembangunan Purwakarta di bawah komando Bupati Dedi Mulyadi. Area lainnya menggambarkan perlawanan "Dalem Sumeren" menjadi saksi perjuangan Sunda mengusir segala macam bentuk Penjajahan‎. Ada pula diorama perjuangan etnis
Tionghoa di Purwakarta dalam peristiwa Ranca Darah, ketika dahulu melawan kooptasi perkebunan teh.‎


‎Di museum ini pun ada diorama peristiwa kapitulasi Kalijati. Pada 8 Maret 1942 di Kalijati, dekat Subang, Jawa Barat, Ter Poorten (mewakili Gubernur Jenderal Hindia-Belanda, Jonkheer Alidus Warmmoldus Lambertus Tjarda van Starkenborgh-Stachouwer) menandatangani dokumen menyerah tanpa syarat. Hindia Belanda kemudian ada di bawah kekuasaan Jepang sampai Agustus 1945, hingga akhirnya Jepang menyerah pada sekutu setelah dihajar bom atom

Di museum ini ada pula diorama dimana para pendiri bangsa berdiskusi tentang teks proklamasi kemerdekaan. Di bale ini juga ‎tersaji bangun bersejarah Purwakarta dari masa ke masa, bahan renungan akan perjuangan para pendahulu.‎  Gedung museum yang representatif, membuat pengunjung bakal betah berlama-lama di dalamnya. Bupati Dedi mengatakan, selain untuk kepentingan sejarah, museum ini dibangun untuk menarik minat wisatawan agar datang ke Purwakarta.

Di Diorama Bale Panyawangan sendiri, terdapat berbagai fasilitas yang keseluruhannya berupa digital, bahkan pengunjung bisa berkeliling Purwakarta menggunakan sepeda onthel yang berbentuk simulator. Selain itu, ada bioskop mini yang khusus memutar film-film dokumenter tentang Purwakarta, Sunda dan lainnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar