Curug Tapak Kuda Sadawangi Belum Tergali
LEMAHSUGIH - Setelah pemandangan terasering Panyaweuyan di Kecamatan Argapura yang ramai dikunjungi warga luar daerah.
Kini muncul lagi sebuah air terjun yang tak kalah indahnya, di blok Simpur Dusun Tapak Kuda Desa Sadawangi.
Warga sekitar menyebutnya dengan nama curug (air terjun-red.) Tapak Kuda, yang diambil asal nama daerahnya. Curug ini cukup terjal dan lebih tinggi daripada curug Muara Jaya.
Dan terlihat ada empat tingkatan curug sehingga terlihat lebar dan panjang.
Hanya saja, tak seperti di Curug Muara Jaya, ataupun Green Canyon di Sukadana.
Ketika memasuki curug ini, baik di tempat parkir yang memang masih dititipkan di halaman rumah-rumah warga, memasuki area curug pun masih gratis.
Karena memang tak ada pihak pengelola parkir.
Para pengunjung yang datang hanya akan disapa oleh warga sekitar. Warga sekitar mengakui, bahwa hanya terkadang saja ada sejumlah orang yang mau melihat curug Tapak Kuda ini.
"Bagi kami curug Tapak kuda itu biasa, kalau pun ada warga lain yang ingin melihat, itu hanya kadang-kadang saja, tidak ramai seperti obyek wisata lain, intinya di sini tidak aneh kang. Kalau mau lihat Curug silakan-silakan saja," ungkap seorang warga setempat, Wati.
Ketika wartawan koran ini bersama tim ekspedisi dari Radika (radio pemerintah daerah-red.) menelusuri secara langsung ke lokasi Curug tapak kuda, rombongan motor terpaksa dititipkan di halaman rumah warga.
Dan kami pun harus berjalan kaki menuju lokasi curug dan berjalan selama 10 menit dengan menyusuri jalanan pematang sawah.
Di lokasi curug ini tidak terlihat pengunjung lain yang datang. Sehingga terkesan curug ini masih ‘perawan’. Hanya terlihat ada senderan bendungan.
Berdasarkan prasasti yang tertulis pada senderan, pembangunan senderan selesai dibangun tahun 2014.
Salah seorang koordinator ekspedisi, Piping mengakui, dirinya mendapatkan informasi dari sejumlah temannya yang tergabung dalam group di facebook.
Ia bersama teman-temannya ingin melihat secara langsung dan membuktikan dengan melihat langsung.
"Pemandangannya memang oke, tapi untuk akses jalan untuk sampai ke wilayah atas Curug Tapak Kuda masih terjal, dan masih banyak ranting- ranting pohon. Artinya memang belum ada pengelola yang memanfaatkan curug ini. Namun dari segi nuansa alam dan eksotisme curug, curug ini punya potensi alam yang cukup menarik, " ujarnya.
Berdasarkan informasi, Curug Tapak Kuda ini mengalir dari gunung Cakrabuana, yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Sumedang.
Hanya saja secara letak geografis, curug ini masih termasuk wilayah Desa Sadawangi yang notabene merupakan wilayah Kecamatan Lemahsugih.
Kepada para pengunjung, jangan heran jika nuansa dan logat bahasa yang dipergunakan masyarakat di sekitar Tapak Kuda ini gaya bicaranya sudah mirip-mirip gaya bahasa Sunda Sumedang.
Karena memang cukup dekat ke wilayah Sumedang Kecamatan Darmalarang, dan cukup dekat pula jika mau melintas ke Bendungan Jatigede. (hrd)
Curug Tapak Kuda. Foto: Herik Diana/Rakyat Majalengka |
Kini muncul lagi sebuah air terjun yang tak kalah indahnya, di blok Simpur Dusun Tapak Kuda Desa Sadawangi.
Warga sekitar menyebutnya dengan nama curug (air terjun-red.) Tapak Kuda, yang diambil asal nama daerahnya. Curug ini cukup terjal dan lebih tinggi daripada curug Muara Jaya.
Dan terlihat ada empat tingkatan curug sehingga terlihat lebar dan panjang.
Hanya saja, tak seperti di Curug Muara Jaya, ataupun Green Canyon di Sukadana.
Ketika memasuki curug ini, baik di tempat parkir yang memang masih dititipkan di halaman rumah-rumah warga, memasuki area curug pun masih gratis.
Karena memang tak ada pihak pengelola parkir.
Para pengunjung yang datang hanya akan disapa oleh warga sekitar. Warga sekitar mengakui, bahwa hanya terkadang saja ada sejumlah orang yang mau melihat curug Tapak Kuda ini.
"Bagi kami curug Tapak kuda itu biasa, kalau pun ada warga lain yang ingin melihat, itu hanya kadang-kadang saja, tidak ramai seperti obyek wisata lain, intinya di sini tidak aneh kang. Kalau mau lihat Curug silakan-silakan saja," ungkap seorang warga setempat, Wati.
Ketika wartawan koran ini bersama tim ekspedisi dari Radika (radio pemerintah daerah-red.) menelusuri secara langsung ke lokasi Curug tapak kuda, rombongan motor terpaksa dititipkan di halaman rumah warga.
Dan kami pun harus berjalan kaki menuju lokasi curug dan berjalan selama 10 menit dengan menyusuri jalanan pematang sawah.
Di lokasi curug ini tidak terlihat pengunjung lain yang datang. Sehingga terkesan curug ini masih ‘perawan’. Hanya terlihat ada senderan bendungan.
Berdasarkan prasasti yang tertulis pada senderan, pembangunan senderan selesai dibangun tahun 2014.
Salah seorang koordinator ekspedisi, Piping mengakui, dirinya mendapatkan informasi dari sejumlah temannya yang tergabung dalam group di facebook.
Ia bersama teman-temannya ingin melihat secara langsung dan membuktikan dengan melihat langsung.
"Pemandangannya memang oke, tapi untuk akses jalan untuk sampai ke wilayah atas Curug Tapak Kuda masih terjal, dan masih banyak ranting- ranting pohon. Artinya memang belum ada pengelola yang memanfaatkan curug ini. Namun dari segi nuansa alam dan eksotisme curug, curug ini punya potensi alam yang cukup menarik, " ujarnya.
Berdasarkan informasi, Curug Tapak Kuda ini mengalir dari gunung Cakrabuana, yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Sumedang.
Hanya saja secara letak geografis, curug ini masih termasuk wilayah Desa Sadawangi yang notabene merupakan wilayah Kecamatan Lemahsugih.
Kepada para pengunjung, jangan heran jika nuansa dan logat bahasa yang dipergunakan masyarakat di sekitar Tapak Kuda ini gaya bicaranya sudah mirip-mirip gaya bahasa Sunda Sumedang.
Karena memang cukup dekat ke wilayah Sumedang Kecamatan Darmalarang, dan cukup dekat pula jika mau melintas ke Bendungan Jatigede. (hrd)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar